Finance

Ternyata Asal Keuntungan Saham Berasal Dari Tiga Sumber ini

Investasi saham kini makin populer di kalangan masyarakat Indonesia. Semakin banyak yang tertarik untuk mulai belajar dan menginvestasikan dananya di pasar modal. Namun sebelum memutuskan untuk mulai berinvestasi saham, penting untuk memahami lebih dulu darimana sebenarnya keuntungan investasi saham bisa didapatkan.

Definisi Saham dan Fungsinya

Sebelum masuk lebih dalam tentang sumber keuntungan saham, mari kita pahami dulu apa sebenarnya saham itu.

“Saham adalah surat berharga yang mencerminkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan.”

Mudahnya, saham adalah instrumen investasi yang bisa dibeli oleh siapa pun untuk menjadi bagian pemilik dari sebuah perusahaan tercatat (go public) di bursa efek.

Fungsi penting saham dalam pasar modal antara lain:

  • Sebagai instrumen untuk menghimpun dana bagi perusahaan agar bisa beroperasi dan melakukan ekspansi bisnis
  • Memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk berinvestasi dan mendapat keuntungan dari pertumbuhan perusahaan
  • Sebagai indikator kondisi perekonomian suatu negara

Dengan kata lain, saham menjembatani kepentingan perusahaan untuk mendapat modal tambahan dari investor publik, dan sebaliknya memungkinkan investor untuk ikut ambil bagian atas prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan.

Sumber Keuntungan Investasi Saham

Lantas, darimana sebenarnya keuntungan investasi saham bisa diperoleh?

Secara garis besar, ada 3 sumber keuntungan investasi saham, yaitu:

1. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih dari harga jual dan harga beli saham. Capital gain terbentuk manakala harga saham yang kita miliki mengalami kenaikan atas harga belinya.

Sebagai contoh, jika kita membeli saham PT ABC dengan harga Rp2.000 per lembar, lalu beberapa waktu kemudian harga saham PT ABC naik menjadi Rp2.500/lembar dan kita memutuskan untuk menjualnya, maka capital gain yang didapatkan adalah Rp500.

Secara umum, capital gain bisa terbentuk jika permintaan terhadap suatu saham lebih besar dari penawarannya di pasar, yang biasanya disebabkan beberapa faktor positif seperti:

  • Perusahaan penerbit saham mencatat peningkatan laba bersih dan performa keuangan yang terus membaik dari tahun ke tahun
  • Perusahaan melakukan ekspansi bisnis ke berbagai segmen baru yang prospektif
  • Investor memiliki persepsi positif atas kinerja emiten saat ini dan prospek pertumbuhannya di masa depan
  • Kondisi perekonomian global dan domestik yang kondusif sehingga membuat pasar saham menjadi menarik bagi investor

2. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang dibayarkan emiten kepada para pemegang sahamnya. Dividen biasanya dibagikan dalam bentuk uang tunai per lembar saham.

Emiten membagikan dividen kepada pemegang saham jika pada tahun buku sebelumnya mencatat laba bersih dan memiliki performa keuangan yang baik.

Adanya pembagian dividen yang rutin dari waktu ke waktu akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham emiten tersebut. Tentu saja semakin banyak permintaan investor atas suatu saham, maka harganya pun cenderung naik.

Dengan begitu, selain mendapat dividen secara rutin, investor juga berpeluang memperoleh capital gain jika harga sahamnya menjadi naik akibat tingginya minat beli investor karena faktor dividen.

3. Bunga Kompoun (Compounding Interest)

Sumber keuntungan lain dari investasi saham dalam jangka panjang adalah bunga kompoun atau compounding interest.

Bunga kompoun terbentuk dari laba investasi saham yang kemudian diinvestasikan kembali sehingga nilainya semakin besar dari waktu ke waktu.

Sebagai contoh, pada tahun pertama investasi saham Andi senilai Rp10 juta menghasilkan dividen dan capital gain sebesar 15% atau Rp1,5 juta. Nah keuntungan sebesar Rp1,5 juta ini kemudian diinvestasikan lagi oleh Andi ke saham.

Pada tahun kedua, dengan modal awal Rp11,5 juta (modal tahun pertama + keuntungan) dan tingkat keuntungan yang sama 15%, maka total keuntungan menjadi Rp1,725 juta.

Proses investasi ulang keuntungan ini berlanjut dan terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu. Itulah yang disebut sebagai bunga kompoun dalam investasi saham.

Berikut contoh perhitungan investasi saham dengan bunga kompoun dalam 10 tahun:

TahunModal AwalGain 15%KeuntunganModal Akhir
1Rp10.000.00015% = Rp1.500.000Rp1.500.000Rp11.500.000
2Rp11.500.00015% = Rp1.725.000Rp1.725.000Rp13.225.000
3Rp13.225.00015% = Rp1.983.750Rp1.983.750Rp15.208.750
4Rp15.208.75015% = Rp2.281.312Rp2.281.312Rp17.490.062
5Rp17.490.06215% = Rp2.623.509Rp2.623.509Rp20.113.571
6Rp20.113.57115% = Rp3.017.035Rp3.017.035Rp23.130.606
7Rp23.130.60615% = Rp3.469.590Rp3.469.590Rp26.600.197
8Rp26.600.19715% = Rp3.990.029Rp3.990.029Rp30.590.226
9Rp30.590.22615% = Rp4.588.534Rp4.588.534Rp35.178.760
10Rp35.178.76015% = Rp5.276.814Rp5.276.814Rp40.455.574

Dari contoh di atas terlihat bahwa dengan investasi awal Rp10 juta dan tingkat keuntungan investasi rata-rata 15% per tahun yang diinvestasikan kembali (kompoun), maka dalam waktu 10 tahun nilai investasi saham telah bertumbuh menjadi lebih dari Rp40 juta.

Itulah mengapa investasi saham dalam jangka panjang sangat menarik, karena potensi keuntungannya bisa berlipat ganda dari modal awal berkat efek bunga kompoun.

Faktor Risiko Investasi Saham

Meski memiliki potensi keuntungan yang menarik dalam jangka panjang, investasi saham juga tidak luput dari berbagai risiko. Beberapa risiko investasi saham yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Harga saham bisa saja anjlok dan investor mengalami kerugian besar jika emiten mengalami penurunan kinerja, delisting, atau bahkan bangkrut
  • Kondisi makro ekonomi yang memburuk, seperti terjadinya krisis keuangan global, juga berpotensi memukul pasar saham secara keseluruhan
  • Gejolak politik dan sosial dalam negeri yang membuat iklim investasi menjadi tidak kondusif
  • Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar juga bisa memengaruhi pergerakan harga saham secara signifikan.

Oleh karena itu investor pemula disarankan untuk:

  • Mencari tahu lebih dalam tentang emiten sebelum membeli sahamnya
  • Menganalisis laporan keuangan dan kinerja emiten secara berkala
  • Memiliki toleransi risiko kerugian modal yang memadai
  • Menyebarkan investasi saham ke beragam sektor industri dan emiten (diversifikasi)
  • Berinvestasi saham dalam jangka panjang, bukan untuk spekulasi jangka pendek

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button